CHAPTER 3
Suara-suara aneh berangsur menghilang... kelopak
mata Asture terbuka pelan... ahh suara pagi sepertinya akan ku dengar... Asture
terduduk menatap sekeliling ruangan yang masih terlihat tenang... Liiya masih
lelap di tempat tidurnya... Asture beranjak dari tempat tidurnya... berjalan ke
luar Bung... suasana desa masih
diselimuti gelap gulita... bintang masih mengedipkan matanya... udara yang dingin
menusuk hingga ke tulang...
Di mana kewa? Aku sangat ingin pergi sekarang...
“Astur..!” terdengar suara dari sisi kanan Bung...
“Kewa...”
“Kau sudah bangun rupanya... sebaiknya kita pergi
sekarang secepatnya... sebelum penduduk Galee terbangun... aku sudah menyiapkan
perbekalan untuk perjalanan kita... basuhlah wajahmu Astur...” Kewa menyodorkan
kendi tanah berisi air.
Air kendi ini begitu dingin... sangat sejuk ketika
mengenai matanya...
“Kewa... kita berangkat sekarang...”. Astur
mengembalikan kendi milik Kewa.
Mereka mulai melangkah menjauh dari Bung... Kewa membawa obor api sebagai
sumber cahaya dalam perjalanan mereka di pagi yang masih gelap itu... tapi Astur
melihat ada beberapa orang yang berjalan sekitar dua puluh kaki di belakang
mereka...
“Kewa... siapa mereka?” bisik Astur.
“mereka orang-orang kepercayaanku... tapi tenang
saja Astur... mereka tidak tahu siapa dirimu... aku mengajak mereka karena
perjalanan ini sangat membutuhkan banyak tenaga...”
“apakah mereka dapat dipercaya? Aku khawatir di
antara mereka adalah Lissh”
“tenang saja Asture... Lissh tidak akan menyerupai wajah penduduk ketika matahari belum
terbit...”
“begitukah... bagaimana engkau tahu kalau seorang
penduduk di sini sedang dirasuki Lissh?”
Sambil berjalan melewati jalan desa yang berkerikil
dan berumput.. Kewa melanjutkan pembicaraannya.
“aku tidak tahu bagaimana Lissh menyerupai wajah mereka... tak seorangpun akan tahu bahwa
orang itu telah dirupai oleh Lissh
bahkan diriku pun tak tahu... karena Lissh
begitu cerdik... untuk itu aku tak pernah membicarakan cerita ini ke
siapapun...”
“apakah engkau dapat dirupai oleh dia?”
“tidak... Lissh tidak akan bisa menyerupaiku...
karena aku adalah keturunan Golles sang ular”
“Golles sang ular?”
“Dia adalah sahabat
ayahmu dan juga sesepuh desa Galee... Golles menerima kekuatan dari Kitamarion
agar wajahnya tak bisa dirupai oleh Lissh...
termasuk keturunanya”
“termasuk Liiya?”
“ya.. dia termasuk
keturunan Golles... tapi aku tak ingin melibatkan dia pada perang ini... aku
tak ingin membahayakannya... karena Liiya adalah satu-satunya keturunanku yang
berdarah Golles... aku berencana memberitahukan cerita ini kepada Liiya ketika
aku sudah berada di ujung kematian ku...”
Asture terkesan dengan
pernyataan Kewa... sepertinya Kewa sangat menyayangi anaknya.
Asture menoleh ke
beberapa orang yang mengikuti mereka... ya mereka orang-orang kepercayaan
Kewa... Astur percaya pada Kewa...
“Kewa... siapa orang
itu? Yang membawa obor api dan pedang di punggungnya... sepertinya dia lelaki
yang kemarin mengantarkanku ke Bung mu”.
“ohh dia adalah ahli
pembuat pisau... bukan pisau berburu... tapi pisau batu yang digunakan untuk
upacara atau untuk penghormatan... namanya Shaab.. yang membawa tombak namanya Shaaby... Shaaby adalah adik Shaab...
dan satu lagi adalah Nerraish... seorang pemuda terbaik dan terpercaya di desa
Galee... ahli berburu dan pembaca jejak...”
Mereka sampai pada
ujung desa... saat cahaya matahari sudah muncul di atas pegunungan timur...
mereka sampai pada mulut hutan yang terlihat tenang dan rimbun...
Kewa memanggil Shaab,
Shaaby dan Nerraish untuk berjalan di depan mereka... mulailah mereka menyusuri
hutan... hutan itu sangat dingin... embun-embun menetes dari atas atap kanopi
hutan... lantai hutan banyak ditemui semak berduri... lumut hijau membuat hutan
itu terasa begitu hijau... suara binatang hutan terdengar... ada jalan setapak
yang mereka telusuri.. jalan yang oleh penduduk Galee digunakan untuk kegiatan
berdagang dengan suku lain...
“Kewa... boleh aku
bertanya?” Nerraish melempar pertanyaan saat mereka berjalan melewati beberapa
pohon tumbang yang sudah lapuk dan menghalangi jalan setapak.
“pertanyaan apa
Nerraish?”
“...siapakah gadis
ini?”
“ya Kewa... kemarin dia
berkata kalau dia tidak ingat apapun” sahut Shaab.
Kewa terdiam sejenak... Kewa tidak ingin orang-orang tahu siapa Asture sebenarnya.
“dia Astur... teman
Liiya dari desa Hlewia... dia telah tersesat di hutan selama tiga hari dan
terjatuh sehingga ingatannya sedikit terganggu... dia ingin pulang ke
desanya... tapi dia takut untuk pulang... jadi aku mengantarnya dan mengajak
kalian untuk menemaninya... aku sudah tua... takut jika ada binatang pemangsa
hutan yang menyergap kami... untuk itulah aku meminta bantuan kalian untuk
menjaga kami... apa kau keberatan Nerraish?” sambil tersenyum kecil Kewa
memandang Nerraish.
“ohh tentu tidak
Kewa... aku sungguh merasa bangga bisa menemanimu Kewa...”
Nerraish sedikit
berpikir... kenapa gadis seperti dia bisa tersesat di hutan dan tidak dimangsa
oleh Serigala atau Beruang. Tapi karena kepercayaannya atas Kewa, Nerraish
tidak ingin menunjukkan rasa penasarannya. Mungkin saja gadis itu sedang
beruntung sehingga dia mampu bertahan hidup di hutan.
Nerraish adalah pemuda
yang bertubuh sedang dan berambut ikal panjang sebahu... sorot matanya
menunjukkan bahwa dia mempunyai semangat yang lebih daripada pemuda desa Galee
lainnya... Nerraish hidup sendirian tanpa sanak keluarga... semenjak kecil dia
selalu dibantu oleh Kewa dalam menjalani hidup... belajar berburu dan membaca
jejak dari Kewa... sehingga hanya Kewa
lah yang dianggapnya sebagai keluarga kandungnya.
Perjalanan mereka
sampailah di tengah-tengah hutan... sinar matahari banyak menembus celah-celah
hutan... sehingga udara lebih terasa hangat di sana...
“Kewa... apakah engkau
ingin istirahat? Mungkin engkau dan gadis ini lelah”
“ya Nerraish... kita
istirahat sebentar di sini... aku merasa sangat lelah...”. Kewa mendudukan diirinya
di atas lumut kering lantai hutan. “Dulu aku kuat berjalan sepanjang hari...
tapi itu dulu saat aku masih muda” senyum Kewa.
“Nerraish... kenapa
engkau membawa kapak yang rusak?” Asture mempertanyakan kapak yang di bawa oleh
Nerraish... karena kapak itu sedikit berkarat dan sepertinya sudah tidak tajam
lagi.
“ohh ini... ini kapak
dari nenek moyang kami... kami penduduk negri tidak bisa keluar untuk mencari biji
besi untuk dijadikan senjata... jadi selama ini kami menggunakan senjata dari
batu dan kayu untuk digunakan berburu... sekalipun ada senjata besi itupun
warisan dari nenek moyang... kapak ini kudapat dari ayahku...”
“ohh...” asture
tersenyum.
Mereka beristirahat
sambil membicarakan isi hutan... dengan suara hutan yang khas... serangga yang
berdesing... tetesan air dari atap hutan... dan suara gesekan dedaunan yang
tertiup oleh angin... terdengar begitu menyeramkan bagi siapapun yang baru
pertama kali melewatinya, tapi bagi mereka adalah suatu keindahan yang harus
dijaga sampai anak cucu mereka...
Kewa menyuruh Shaab
untuk membuka sedikit perbekalan makanan... dan membagikannya ke semua orang
yang ada di situ.
“Astur... apakah engkau
lapar?”
“Aku belum lapar Kewa...”
“sebaiknya kau makanlah
Lektus ini... ini baru setengah
perjalanan.. agar tenagamu kembali penuh” Kewa menyodorkan makanan yang berasal
dari tumbuhan seperti lobak dan dicampur dengan daging ikan.
Asture memakan Lektus sedikit demi sedikit... tak
terkecuali Shaab, Shaaby, Neraish dan Kewa... Lektus adalah makanan yang biasa oleh penduduk negri Tanah digunakan sebagai perbekalan ketika mereka berladang
atau dalam sebuah perjalanan jauh... warna nya hijau segar seperti lobak...
ditanam oleh penduduk negri di ladang-ladang mereka... dicampur dengan ikan
salmon panggang yang dihaluskan.
Berapa lama mereka
beristirahat... Asture meminta perjalanan dilanjutkan secepatnya.
“Kewa... sebaiknya kita
lanjutkan perjalanan sekarang... kita sudah punya cukup tenaga...”
“iya Astur...”
Kewa dan yang lainnya
mengemas semua perbekalan dan senjata mereka... perjalanan dilanjutkan sampai
akhirnya mereka berada di ujung hutan...
“Akhirnya kita sampai di
desa Basoon...”
“Nerraish... sebaiknya
kau temui Sorael... untuk meminta izin melewati desa mereka... dan sekalian aku
ada urusan yang harus dibicarakan dengannya... aku dan lainnya akan menunggu di
sini...”
“baik Kewa...”
Nerraish berlalu dari
tempat mereka untuk menemui Basoon...
“Siapa Sorael?” tanya Asture.
“dia ketua suku desa Basoon... kita harus meminta
ijin melewati desa... karena itulah kesepakatan antar desa.. yang sudah
disepakati selama ribuan tahun... jika melanggar maka akan dikucilkan oleh
semua desayang ada di negri tanah..”
“Berapa banyak desa yang ada di Negri Tanah?”
“Menurut nenek moyang kami... pada awalnya ada dua
puluh enam suku... tapi ada dua suku yang musnah dihancurkan oleh Lish... dan ada desa yang tidak ikut
menyepakati perjanjian sehingga suku itu berbahaya dan memang terisolasi...”
“Desa yang dihancurkan Lissh?”
“ya... saat Aror masih hidup...”
Kewa menjawab pertanyaan Asture dengan hati-hati...
karena di situ ada Shaab dan Shaaby yang berada dekat dengan mereka... dan
Asture pun segera mengakhiri rasa penasarannya...
Tak lama kemudian Nerraish datang dengan beberapa
orang...
“Hei Kewaaa....” teriak seorang lelaki tinggi yang
memakai jubah serigala.
“Soraeeel....” Kewa memeluk lelaki itu dan ternyata
lelaki itu adalah kepala suku Basoon.
“ada apa kau datang dengan membawa rombongan Kewa?”
“aku ingin meminta ijin melewati desa mu... aku dan
orang-orang ini akan pergi ke desa Hlewia...”
“hmm... desa Hlewia... apa dengan lima orang saja
kalian akan ke sana?... bagaimana kau melewati desa Sormain dan Hormain... apa
kau ingin dipenggal oleh para penjagal di sana???!”
“tentu tidak Sora... justru itu aku ingin meminta
bantuan mu...”
“bantuan? Bantuan seperti apa? Urusan apa yang
membuat kau begitu serius seperti ini?”
Kewa terdiam sejenak kemudian Sorael melanjutkan
pembicaraan.
“sebaiknya kalian ke tempatku...”
Bantuan
dari Basoon
Di tempat Sorael... mereka dijamu sangat istimewa...
desa Galee dan desa Basoon sudah menjalin hubungan perdamaian sejak jaman
perang melawan iblis... dan sampai sekarang pun keturunan mereka saling
menghormati satu sama lain... mereka dihidangkan berbagai macam makanan enak...
tak terkecuali tempat yang begitu nyaman... Kewa pun tak lupa memperkenalkan
Asture, Shaab, Shaaby dan Nerraish kepada Sorael... sehingga keadaan perjamuan
begitu mengalir dan akrab...
“Kewa... bagaimana keadaan Heshian kepala suku
kalian?”
“Heshian ada di Galee.. dia dalam keadaan sehat...
roh Retye masih melindunginya...
Sora... aku ingin meminta bantuan orangmu... untuk membawa perjalanan kami
sampai di Hlewia”.
“orangku?... entah apa urusanmu sehingga engkau
terlihat sangat serius dan cemas... tapi aku akan tetap membantumu... karena
aku yakin hal ini berhubungan dengan kebaikan kita... berapa orang yang kau
butuhkan Kewa?”
“Aku hanya membutuhkan orang yang mengenal hutan
Sormain dan Hormain...”
“begitu... baiklah nanti akan aku panggilkan Ungke
untuk membantumu...”
“terima kasih Sora... semoga Retye selalu bersamamu...”
“Retye bersamamu
Kewa...”
Langit sudah meredup... matahari terlihat begitu
lelah memancarkan sinarnya... Rombongan Kewa berencana pergi pada saat gelap...
karena kegelapan malam akan membantu menyembunyikan perjalanan mereka di
hutan... Keadaan desa Basoon tidak jauh berbeda dengan Galee... saat gelap tiba
orang-orang lebih memilih berada di Bung nya
dari pada di luar... dan suara-suara kutukan itu juga terdengar jelas di desa
Basoon bercampur dengan suara binatang malam...
Kewa dan yang lain bersiap-siap untuk perjalanan
malam... Sorael pun membantu persiapan mereka... Ungke datang dengan membawa
obor api di tangan... dan menggendong perbekalan yang mungkin dapat membantu
perjalanan mereka... serta pisau batu yang digantungkan dipakaiannya...
Suara malam begitu terdengar semakin keras... tapi
mereka sudah terbiasa... begitupun Asture sudah membiasakan dirinya...
perjalanan pun dimulai saat Sorael membisikkan sesuatu kepada Kewa... tak
seorang pun yang tahu apa yang dibisikkan Sorael kepada Kewa... hanya Sora dan
Kewa yang tahu...
Ungke dan Nerraish berjalan mengawali rombongan...
Shaab dan Shaaby berjalan paling belakang... Asture dan Kewa di antara mereka...
mereka mulai memasuki hutan... mereka mengetahui bahwa memasuki hutan saat gelap
adalah seperti memasuki mulut setan yang bisa saja mencabut roh mereka... tapi
hal ini lebih baik daripada bertemu dengan pasukan Sormain saat terang...
“Asture berjalanlah di dekatku...”
“baik Kewa...”
Perjalanan mereka di sambut oleh kegelapan hutan...
mereka berjalan sangat dekat satu sama lain... Ungke menjelaskan kepada
rombongan sebaiknya jangan melewati jalan setapak karena itu berbahaya...
mereka harus memutar dan menembus hutan yang rimbun agar terhindar dari
penglihatan suku Sormain... satu per satu semak yang menghalangi di tebas oleh Nerraish
dengan kapaknya...
“Ungke... Nerraish... jangan sampai langkah kalian
meninggalkan kami yang di belakang”
“baik Kewa...” jawab Ungke.
Obor di tangan Ungke bersinar layaknya cahaya
serigala yang menyala-nyala... begitupun obor yang di pegang oleh Shaab...
menyertai keterbatasan penglihatan mereka yang dikelabuhi oleh gelapnya
hutan... sesekali salah satu dari mereka menginjak duri-duri tajam di jalan
yang dilalui oleh mereka... tak begitu sakit tapi cukup untuk membuat seseorang
mengernyitkan dahi karena perih...
Udara malam yang dingin dan kegelapan hutan yang
menyambut mereka... ditemani oleh suara-suara kutukan... dan binatang malam
yang terdengar seperti dihantui oleh iblis... membuat perjalanan mereka begitu
cepat melelahkan...
...Serigala... Beruang... Gagak...
...Tataplah perjalanan ini...
...Mata kalian adalah mata perjalanan kami...
...Roh Malam... bimbinglah mata-mata kami...
...Agar tak tersesat dan termakan oleh mulut Setan...
...Hidupkan roh malam kami...
Hutan semakin menghitam saat mereka terdiam satu
sama lain... Kewa terjatuh karena tersangkut akar sebuah pohon... Asture dan
Shaaby membantu Kewa berdiri... saat itu juga terdengar gemerisik dedaunan dari
arah kanan mereka...
“apa itu Ungke?” bisik Nerraish.
“entahlah... mungkin serigala atau beruang... atau
juga babi hutan... semuanya tolong berhenti dan diam... matikan obormu Shaab...”
Ungke memadamkan obor yang dipegangnya.
Mereka terdiam dalam
kegelapan hutan... saat suara gemerisik terdengar lagi... Nerraish melihat
bayangan hitam besar berjarak tak jauh dari mereka... dengan mata merah menyala...
itu bukan serigala ataupun beruang... itu bukan binatang... itu...
No comments:
Post a Comment