Sunday, 8 December 2013

CHAPTER 3

CHAPTER 3

Suara-suara aneh berangsur menghilang... kelopak mata Asture terbuka pelan... ahh suara pagi sepertinya akan ku dengar... Asture terduduk menatap sekeliling ruangan yang masih terlihat tenang... Liiya masih lelap di tempat tidurnya... Asture beranjak dari tempat tidurnya... berjalan ke luar Bung... suasana desa masih diselimuti gelap gulita... bintang masih mengedipkan matanya... udara yang dingin menusuk hingga ke tulang...
Di mana kewa? Aku sangat ingin pergi sekarang...

“Astur..!” terdengar suara dari sisi kanan Bung...
“Kewa...”
“Kau sudah bangun rupanya... sebaiknya kita pergi sekarang secepatnya... sebelum penduduk Galee terbangun... aku sudah menyiapkan perbekalan untuk perjalanan kita... basuhlah wajahmu Astur...” Kewa menyodorkan kendi tanah berisi air.
Air kendi ini begitu dingin... sangat sejuk ketika mengenai matanya...
“Kewa... kita berangkat sekarang...”. Astur mengembalikan kendi milik Kewa.
Mereka mulai melangkah menjauh dari Bung... Kewa membawa obor api sebagai sumber cahaya dalam perjalanan mereka di pagi yang masih gelap itu... tapi Astur melihat ada beberapa orang yang berjalan sekitar dua puluh kaki di belakang mereka...

“Kewa... siapa mereka?” bisik Astur.
“mereka orang-orang kepercayaanku... tapi tenang saja Astur... mereka tidak tahu siapa dirimu... aku mengajak mereka karena perjalanan ini sangat membutuhkan banyak tenaga...”
“apakah mereka dapat dipercaya? Aku khawatir di antara mereka adalah Lissh
“tenang saja Asture... Lissh tidak akan menyerupai wajah penduduk ketika matahari belum terbit...”
“begitukah... bagaimana engkau tahu kalau seorang penduduk di sini sedang dirasuki Lissh?”

Sambil berjalan melewati jalan desa yang berkerikil dan berumput.. Kewa melanjutkan pembicaraannya.

“aku tidak tahu bagaimana Lissh menyerupai wajah mereka... tak seorangpun akan tahu bahwa orang itu telah dirupai oleh Lissh bahkan diriku pun tak tahu... karena Lissh begitu cerdik... untuk itu aku tak pernah membicarakan cerita ini ke siapapun...”
“apakah engkau dapat dirupai oleh dia?”
“tidak... Lissh tidak akan bisa menyerupaiku... karena aku adalah keturunan Golles sang ular
“Golles sang ular?”
“Dia adalah sahabat ayahmu dan juga sesepuh desa Galee... Golles menerima kekuatan dari Kitamarion agar wajahnya tak bisa dirupai oleh Lissh... termasuk keturunanya”
“termasuk Liiya?”
“ya.. dia termasuk keturunan Golles... tapi aku tak ingin melibatkan dia pada perang ini... aku tak ingin membahayakannya... karena Liiya adalah satu-satunya keturunanku yang berdarah Golles... aku berencana memberitahukan cerita ini kepada Liiya ketika aku sudah berada di ujung kematian ku...”

Asture terkesan dengan pernyataan Kewa... sepertinya Kewa sangat menyayangi anaknya.

Asture menoleh ke beberapa orang yang mengikuti mereka... ya mereka orang-orang kepercayaan Kewa... Astur percaya pada Kewa...

“Kewa... siapa orang itu? Yang membawa obor api dan pedang di punggungnya... sepertinya dia lelaki yang kemarin mengantarkanku ke Bung mu”.
“ohh dia adalah ahli pembuat pisau... bukan pisau berburu... tapi pisau batu yang digunakan untuk upacara atau untuk penghormatan... namanya Shaab.. yang membawa tombak  namanya Shaaby... Shaaby adalah adik Shaab... dan satu lagi adalah Nerraish... seorang pemuda terbaik dan terpercaya di desa Galee... ahli berburu dan pembaca jejak...”

Mereka sampai pada ujung desa... saat cahaya matahari sudah muncul di atas pegunungan timur... mereka sampai pada mulut hutan yang terlihat tenang dan rimbun...

Kewa memanggil Shaab, Shaaby dan Nerraish untuk berjalan di depan mereka... mulailah mereka menyusuri hutan... hutan itu sangat dingin... embun-embun menetes dari atas atap kanopi hutan... lantai hutan banyak ditemui semak berduri... lumut hijau membuat hutan itu terasa begitu hijau... suara binatang hutan terdengar... ada jalan setapak yang mereka telusuri.. jalan yang oleh penduduk Galee digunakan untuk kegiatan berdagang dengan suku lain...

“Kewa... boleh aku bertanya?” Nerraish melempar pertanyaan saat mereka berjalan melewati beberapa pohon tumbang yang sudah lapuk dan menghalangi jalan setapak.
“pertanyaan apa Nerraish?”
“...siapakah gadis ini?”
“ya Kewa... kemarin dia berkata kalau dia tidak ingat apapun” sahut Shaab.

Kewa terdiam sejenak... Kewa tidak ingin orang-orang tahu siapa Asture sebenarnya.
“dia Astur... teman Liiya dari desa Hlewia... dia telah tersesat di hutan selama tiga hari dan terjatuh sehingga ingatannya sedikit terganggu... dia ingin pulang ke desanya... tapi dia takut untuk pulang... jadi aku mengantarnya dan mengajak kalian untuk menemaninya... aku sudah tua... takut jika ada binatang pemangsa hutan yang menyergap kami... untuk itulah aku meminta bantuan kalian untuk menjaga kami... apa kau keberatan Nerraish?” sambil tersenyum kecil Kewa memandang Nerraish.
“ohh tentu tidak Kewa... aku sungguh merasa bangga bisa menemanimu Kewa...”
Nerraish sedikit berpikir... kenapa gadis seperti dia bisa tersesat di hutan dan tidak dimangsa oleh Serigala atau Beruang. Tapi karena kepercayaannya atas Kewa, Nerraish tidak ingin menunjukkan rasa penasarannya. Mungkin saja gadis itu sedang beruntung sehingga dia mampu bertahan hidup di hutan.

Nerraish adalah pemuda yang bertubuh sedang dan berambut ikal panjang sebahu... sorot matanya menunjukkan bahwa dia mempunyai semangat yang lebih daripada pemuda desa Galee lainnya... Nerraish hidup sendirian tanpa sanak keluarga... semenjak kecil dia selalu dibantu oleh Kewa dalam menjalani hidup... belajar berburu dan membaca jejak dari Kewa...  sehingga hanya Kewa lah yang dianggapnya sebagai keluarga kandungnya.

Perjalanan mereka sampailah di tengah-tengah hutan... sinar matahari banyak menembus celah-celah hutan... sehingga udara lebih terasa hangat di sana...
“Kewa... apakah engkau ingin istirahat? Mungkin engkau dan gadis ini lelah”
“ya Nerraish... kita istirahat sebentar di sini... aku merasa sangat lelah...”. Kewa mendudukan diirinya di atas lumut kering lantai hutan. “Dulu aku kuat berjalan sepanjang hari... tapi itu dulu saat aku masih muda” senyum Kewa.

“Nerraish... kenapa engkau membawa kapak yang rusak?” Asture mempertanyakan kapak yang di bawa oleh Nerraish... karena kapak itu sedikit berkarat dan sepertinya sudah tidak tajam lagi.
“ohh ini... ini kapak dari nenek moyang kami... kami penduduk negri tidak bisa keluar untuk mencari biji besi untuk dijadikan senjata... jadi selama ini kami menggunakan senjata dari batu dan kayu untuk digunakan berburu... sekalipun ada senjata besi itupun warisan dari nenek moyang... kapak ini kudapat dari ayahku...”
“ohh...” asture tersenyum.

Mereka beristirahat sambil membicarakan isi hutan... dengan suara hutan yang khas... serangga yang berdesing... tetesan air dari atap hutan... dan suara gesekan dedaunan yang tertiup oleh angin... terdengar begitu menyeramkan bagi siapapun yang baru pertama kali melewatinya, tapi bagi mereka adalah suatu keindahan yang harus dijaga sampai anak cucu mereka...
Kewa menyuruh Shaab untuk membuka sedikit perbekalan makanan... dan membagikannya ke semua orang yang ada di situ.
“Astur... apakah engkau lapar?”
“Aku belum lapar Kewa...”
“sebaiknya kau makanlah Lektus ini... ini baru setengah perjalanan.. agar tenagamu kembali penuh” Kewa menyodorkan makanan yang berasal dari tumbuhan seperti lobak dan dicampur dengan daging ikan.

Asture memakan Lektus sedikit demi sedikit... tak terkecuali Shaab, Shaaby, Neraish dan Kewa... Lektus adalah makanan yang biasa oleh penduduk negri Tanah digunakan sebagai perbekalan ketika mereka berladang atau dalam sebuah perjalanan jauh... warna nya hijau segar seperti lobak... ditanam oleh penduduk negri di ladang-ladang mereka... dicampur dengan ikan salmon panggang yang dihaluskan.

Berapa lama mereka beristirahat... Asture meminta perjalanan dilanjutkan secepatnya.
“Kewa... sebaiknya kita lanjutkan perjalanan sekarang... kita sudah punya cukup tenaga...”
“iya Astur...”
Kewa dan yang lainnya mengemas semua perbekalan dan senjata mereka... perjalanan dilanjutkan sampai akhirnya mereka berada di ujung hutan...
“Akhirnya kita sampai di desa Basoon...”
“Nerraish... sebaiknya kau temui Sorael... untuk meminta izin melewati desa mereka... dan sekalian aku ada urusan yang harus dibicarakan dengannya... aku dan lainnya akan menunggu di sini...”
“baik Kewa...”
Nerraish berlalu dari tempat mereka untuk menemui Basoon...
“Siapa Sorael?” tanya Asture.
“dia ketua suku desa Basoon... kita harus meminta ijin melewati desa... karena itulah kesepakatan antar desa.. yang sudah disepakati selama ribuan tahun... jika melanggar maka akan dikucilkan oleh semua desayang ada di negri tanah..”
“Berapa banyak desa yang ada di Negri Tanah?”
“Menurut nenek moyang kami... pada awalnya ada dua puluh enam suku... tapi ada dua suku yang musnah dihancurkan oleh Lish... dan ada desa yang tidak ikut menyepakati perjanjian sehingga suku itu berbahaya dan memang terisolasi...”
“Desa yang dihancurkan Lissh?”
“ya... saat Aror masih hidup...”
Kewa menjawab pertanyaan Asture dengan hati-hati... karena di situ ada Shaab dan Shaaby yang berada dekat dengan mereka... dan Asture pun segera mengakhiri rasa penasarannya...

Tak lama kemudian Nerraish datang dengan beberapa orang...

“Hei Kewaaa....” teriak seorang lelaki tinggi yang memakai jubah serigala.
“Soraeeel....” Kewa memeluk lelaki itu dan ternyata lelaki itu adalah kepala suku Basoon.
“ada apa kau datang dengan membawa rombongan Kewa?”
“aku ingin meminta ijin melewati desa mu... aku dan orang-orang ini akan pergi ke desa Hlewia...”
“hmm... desa Hlewia... apa dengan lima orang saja kalian akan ke sana?... bagaimana kau melewati desa Sormain dan Hormain... apa kau ingin dipenggal oleh para penjagal di sana???!”
“tentu tidak Sora... justru itu aku ingin meminta bantuan mu...”
“bantuan? Bantuan seperti apa? Urusan apa yang membuat kau begitu serius seperti ini?”
Kewa terdiam sejenak kemudian Sorael melanjutkan pembicaraan.
“sebaiknya kalian ke tempatku...”

Bantuan dari Basoon
Di tempat Sorael... mereka dijamu sangat istimewa... desa Galee dan desa Basoon sudah menjalin hubungan perdamaian sejak jaman perang melawan iblis... dan sampai sekarang pun keturunan mereka saling menghormati satu sama lain... mereka dihidangkan berbagai macam makanan enak... tak terkecuali tempat yang begitu nyaman... Kewa pun tak lupa memperkenalkan Asture, Shaab, Shaaby dan Nerraish kepada Sorael... sehingga keadaan perjamuan begitu mengalir dan akrab...

“Kewa... bagaimana keadaan Heshian kepala suku kalian?”
“Heshian ada di Galee.. dia dalam keadaan sehat... roh Retye masih melindunginya... Sora... aku ingin meminta bantuan orangmu... untuk membawa perjalanan kami sampai di Hlewia”.
“orangku?... entah apa urusanmu sehingga engkau terlihat sangat serius dan cemas... tapi aku akan tetap membantumu... karena aku yakin hal ini berhubungan dengan kebaikan kita... berapa orang yang kau butuhkan Kewa?”
“Aku hanya membutuhkan orang yang mengenal hutan Sormain dan Hormain...”
“begitu... baiklah nanti akan aku panggilkan Ungke untuk membantumu...”
“terima kasih Sora... semoga Retye selalu bersamamu...”
Retye bersamamu Kewa...”

Langit sudah meredup... matahari terlihat begitu lelah memancarkan sinarnya... Rombongan Kewa berencana pergi pada saat gelap... karena kegelapan malam akan membantu menyembunyikan perjalanan mereka di hutan... Keadaan desa Basoon tidak jauh berbeda dengan Galee... saat gelap tiba orang-orang lebih memilih berada di Bung nya dari pada di luar... dan suara-suara kutukan itu juga terdengar jelas di desa Basoon bercampur dengan suara binatang malam...

Kewa dan yang lain bersiap-siap untuk perjalanan malam... Sorael pun membantu persiapan mereka... Ungke datang dengan membawa obor api di tangan... dan menggendong perbekalan yang mungkin dapat membantu perjalanan mereka... serta pisau batu yang digantungkan dipakaiannya...

Suara malam begitu terdengar semakin keras... tapi mereka sudah terbiasa... begitupun Asture sudah membiasakan dirinya... perjalanan pun dimulai saat Sorael membisikkan sesuatu kepada Kewa... tak seorang pun yang tahu apa yang dibisikkan Sorael kepada Kewa... hanya Sora dan Kewa yang tahu...

Ungke dan Nerraish berjalan mengawali rombongan... Shaab dan Shaaby berjalan paling belakang... Asture dan Kewa di antara mereka... mereka mulai memasuki hutan... mereka mengetahui bahwa memasuki hutan saat gelap adalah seperti memasuki mulut setan yang bisa saja mencabut roh mereka... tapi hal ini lebih baik daripada bertemu dengan pasukan Sormain saat terang...

“Asture berjalanlah di dekatku...”
“baik Kewa...”

Perjalanan mereka di sambut oleh kegelapan hutan... mereka berjalan sangat dekat satu sama lain... Ungke menjelaskan kepada rombongan sebaiknya jangan melewati jalan setapak karena itu berbahaya... mereka harus memutar dan menembus hutan yang rimbun agar terhindar dari penglihatan suku Sormain... satu per satu semak yang menghalangi di tebas oleh Nerraish dengan kapaknya...

“Ungke... Nerraish... jangan sampai langkah kalian meninggalkan kami yang di belakang”
“baik Kewa...” jawab Ungke.

Obor di tangan Ungke bersinar layaknya cahaya serigala yang menyala-nyala... begitupun obor yang di pegang oleh Shaab... menyertai keterbatasan penglihatan mereka yang dikelabuhi oleh gelapnya hutan... sesekali salah satu dari mereka menginjak duri-duri tajam di jalan yang dilalui oleh mereka... tak begitu sakit tapi cukup untuk membuat seseorang mengernyitkan dahi karena perih...

Udara malam yang dingin dan kegelapan hutan yang menyambut mereka... ditemani oleh suara-suara kutukan... dan binatang malam yang terdengar seperti dihantui oleh iblis... membuat perjalanan mereka begitu cepat melelahkan...

...Serigala... Beruang... Gagak...
...Tataplah perjalanan ini...
...Mata kalian adalah mata perjalanan kami...
...Roh Malam... bimbinglah mata-mata kami...
...Agar tak tersesat dan termakan oleh mulut Setan...
...Hidupkan roh malam kami...

Hutan semakin menghitam saat mereka terdiam satu sama lain... Kewa terjatuh karena tersangkut akar sebuah pohon... Asture dan Shaaby membantu Kewa berdiri... saat itu juga terdengar gemerisik dedaunan dari arah kanan mereka...
“apa itu Ungke?” bisik Nerraish.
“entahlah... mungkin serigala atau beruang... atau juga babi hutan... semuanya tolong berhenti dan diam... matikan obormu Shaab...” Ungke memadamkan obor yang dipegangnya.

Mereka terdiam dalam kegelapan hutan... saat suara gemerisik terdengar lagi... Nerraish melihat bayangan hitam besar berjarak tak jauh dari mereka... dengan mata merah menyala... itu bukan serigala ataupun beruang... itu bukan binatang... itu...

No comments:

Post a Comment