Wednesday 4 December 2013

Chapter 1



Demon & Astur (Lisshoan & Asture) 
- A Tale of Earth Luuga  -

Chapter 1
Pada Zaman di mana iblis masih merajai kegelapan dunia, di suatu belahan bumi terdengar sebuah kisah yang sampai saat ini masih menjadi misteri bagi semua orang...  kisah yang terjadi di sebuah negri yang biasa orang-orang sebut Negri Tanah...

Negri Tanah bagi sebagian penduduk adalah negri yang sangat aneh. Setiap malam, di setiap sudut gelap pasti akan terdengar sebuah rintihan atau pun erangan samar-samar... tetapi ketika penduduk negri mencari sumber suara, tak akan seorang pun yang dapat menemukan sumber suara tersebut... dan setiap bayi perempuan yang baru lahir, tiga belas hari kemudian akan mati dengan kulit mengering, kecuali yang terlahir pada hari di mana bulan purnama menampakkan keseluruhan wajahnya...


Semua kejadian di negri tersebut membuat semua penduduk Negri Tanah ingin keluar dari negri tersebut.. ingin melarikan diri.. akan tetapi siapapun yang melewati atau keluar dari Negri Tanah akan mengalami kebekuan... seperti seseorang yang darahnya membeku secara mendadak dan mati seketika... tak seorang pun yang berani melewati batas negri, yang dibatasi oleh rajutan semak berduri dan pohon oak serta sebuah celah panjang di tanah mengitari keseluruhan negri tersebut... tapi seiring berjalannya waktu para penduduk negri semakin terbiasa dengan keadaan tersebut dan mereka bertahan di negri tersebut selama ribuan tahun...

Negri Tanah... sebenarnya adalah negri yang begitu indah... memiliki puluhan suku pedesaan yang mendiami masing-masing desa... ketika sang matahari muncul dari arah timur, akan terlihat pegunungan menjulang tinggi di sepanjang timur negri tersebut... tanah hitam yang subur pun di sana-sini memancarkan mata air yang jernih dan bersih... tumbuhan hijau dapat terlihat setiap mata memandang...  jalan yang terlihat, berumput, berkerikil dan sedikit berlumpur... burung-burung pun berterbangan ke sana kemari bersuara bersahutan.. begitu juga kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya yang seolah menolak agar malam hari tidak akan pernah datang...

Di salah satu desa yang biasa di sebut Desa Galee.. di sebuah sudut jalan kecil... ketika penduduk sedang merayakan perayaan panen tiap dua belas bulan purnama... berjalanlah seorang gadis berpakaian lusuh yang terbuat dari kulit serigala... di kepalanya terikat sebuah rajutan seperti rajutan yang dibuat dengan menganyam kulit pohon Nupa yang dikeringkan... pohon Nupa adalah sebuah pohon yang paling besar dan tinggi di negri tersebut... tinggi nya dapat mencapai tiga ratus kaki dan besarnya mencapai lima puluh kaki orang dewasa...

Gadis itu berjalan mendekati seorang lelaki setengah baya yang sedang mengasah sebuah pisau yang terbuat dari batu, badannya kekar, dan terlihat sangat kuat... lelaki itu duduk di depan sebuah gubug kecil yang disebut Bung, di sisi jalan desa...

“Aku berada ditempat apa sekarang ini? Nama tempat ini apa?” Gadis itu bertanya dengan suara pelan.
“!!! (lelaki itu terkejut karena kaget)... kamu siapa?”
“ aku... mmm aku... aku tidak ingat... aku tidak ingat apapun”

Lelaki itu pun bingung melihat tingkah dari gadis aneh tersebut... setelah gadis itu terdiam lama. lelaki itupun menanyakan tujuan gadis tersebut.
“kamu terlihat sangat asing.. kemana tujuanmu? Dan kenapa kamu bilang tidak ingat apa-apa?”
“entahlah... aku hanya ingat satu nama seseorang...”
Sambil mengernyitkan dahi, sambil memegang kening kanan atasnya yang terlihat sedikit lebam.

“seseorang???”
“ya... Lisshoan... aku hanya ingat nama itu.. hanya itu yang ada di kepalaku saat ini... aku tidak ingat apapun...”

Lelaki itu pun terperanjat dan diam berfikirir sejenak...

“Lisshoan... hmm... mungkin aku bisa membantumu... aku akan mengantarkanmu kepada Kewa seorang  sesepuh desa ini... mari ikut aku...” sambil meletakan pisau yang dipegangnya lelaki itu pun berdiri dan mengambil pakaian yang terbuat dari kulit rusa.

Lelaki itu pun sampai di sebuah tempat yang berjarak sekitar seratus kaki dari tempat asahan pisaunya.
“di sini... aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini... kamu hanya tinggal masuk...”
“apakah aku akan mengganggu orang yang ada di dalam ?”
“tidak... Kewa tidak suka dengan orang yang meminta izin masuk ke dalam Bung nya... masuklah”
Lalu lelaki itupun beranjak pergi dari hadapan sang gadis.

Gadis itu mulai masuk ke dalam Bung tempat tinggal sesepuh desa. Ruangan itu begitu sejuk dengan hembusan udara yang melewati celah-celah dinding kayu... kakinya mulai melangkah di atas tanah sebagai lantai nya... tanahnya begitu kering tetapi begitu dingin sampai ke aliran darah... di sekitar pintu tergeletak kuali besar dan patung-patung binatang yang terbuat dari tanah liat yang sudah mengeras... di dinding kayu tergantung tulang kepala kera... dan beberapa tulang yang entah itu terbuat dari tulang binatang seperti apa...

“kamu...” terdengar suara dari sudut ruangan yang samar-samar karena cahaya matahari tidak banyak yang menembus celah-celah atap Bung.
Gadis itu menoleh ke arah sumber suara, terlihat seorang lelaki tua renta berpakaian serba lebar dan di kepalanya terpasang seperti crown yang terbuat dari tanduk babi hutan.

“kamu... negri ini menunggumu selama enam puluh ribu bulan purnama... dan engkau datang di saat yang tepat... belum terlambat... karena nyawaku belum diambil oleh alam...”
Gadis itu merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh lelaki tua renta tersebut.
“engkau tahu siapa diriku?”
“kau adalah seseorang yang ditunggu-tunggu oleh Retye... roh keabadian Negri Tanah yang sudah lama menangis... namamu Asture...”
“Asture???... itukah namaku? Dan siapakah Lisshoan? Dan kenapa aku tidak ingat apapun kecuali nama itu? Ceritakan kepadaku...”.

Sejenak suasana hening tanpa suara dari desahan nafas lelaki tua renta itu... dengan suara tongkat kayunya yang menghentak tanah karena usianya, lelaki tua itu mulai berdiri dan mendekati Asture... tubuhnya hampir dua kali tinggi Asture... terlihat bahwa ketika muda lelaki itu berbadan kekar... wajahnya sangat berwibawa dan ketika sampai di hadapan Asture, lelaki itu mulai menggumam dan bercerita..

“Lisshoan adalah kekasihmu... Dia adalah pahlawan terbaik Negri Tanah... nama aslinya adalah Aror... saat kau menghilang, Aror mengalami kegilaan.. ini bukan kegilaan biasa.. tapi kegilaan yang disebabkan oleh Lissh seorang iblis musuh terbesar Aror... Dia mulai merasakan sakit di setiap bulan purnama... mengerang tanpa henti sepanjang malam...  tak seorang dukun negri pun yang dapat menyembuhkan penyakitnya... Dan pada suatu waktu... tubuh Aror semakin mengeras... seluruh penduduk negri kebingungan saat Aror berlari di tengah-tengah desa dan berlutut ke tanah... mengerang begitu keras... matanya menatap tajam ke langit menatap bulan purnama... dan saat itu juga seluruh tubuhnya menjadi batu... Dari kejadian itulah penduduk Negri Tanah menjuluki patung Aror dengan sebutan Lisshoan” 

Sesaat Asture memikirkan apa yang sudah dikatakan oleh Kewa sang sesepuh desa tersebut... hatinya mengatakan kalau dia harus mendengarkan dan mengikuti apa kata-kata yang keluar dari lelaki tua renta itu...

“bagaimana aku menghilang saat itu?”
“...tak seorang pun yang tahu akan hal itu... harusnya engkau tahu kemana engkau pergi” sambil mengacungkan ujung tongkatnya ke arah asture.
“aku tidak ingat apapun...”
“...................” lelaki tua renta itu terdiam. “seluruh penduduk negri sedang mengalami kutukan karena sejak kejadian itu... dari mulai kematian... tangisan... erangan... teriakan.. dan rasa kekhawatiran akan anak cucu kami... dan semua kutukan itu hanya engkau lah yang dapat melepaskannya dari negri ini...”

Asture masih merasa kebingungan dengan semua keadaan yang dialaminya... dia menerawang ke arah langit-langit Bung... dengan sejuta pertanyaan di pikirannya... Ketika Dia datang ke Desa Galee... Dia tidak ingat apapun... bahkan nama sendiri tidak diingatnya... hanya Lisshoan.. hanya Lisshoan... tapi dia berusaha untuk tetap tenang walaupun yang di dengarnya dari Kewa adalah sebuah bencana dan kutukan... ini tentang iblis.. ini tentang iblis... di dalam hatinya dia terus meyakinkan bahwa dia harus terus mengikuti semua kata-kata lelaki tua ini... kemudian Asture melanjutkan pembicaraan...

“bagaimana engkau tahu kalau aku dapat menghilangkan semua kutukan itu?”
“dari Lisshoan... saat itu sesepuh nenek moyang kami mendapatkan pesan melalui alam... dan mereka tahu kalau itu adalah pesan yang disampaikan oleh Lisshoan... dan akhirnya sampai ke beberapa keturunan pesan itu tetap kami yakini... bahwa akan ada seseorang gadis... kekasih Aror yang bernama Asture yang datang dengan luka lebam di keningnya saat perayaan panen.. dan gadis itu adalah jalan awal pembebasan kutukan negri ini... dan engkau lah gadis itu, Asture”.
“baiklah... jika aku adalah gadis yang engkau maksud.. bagaimana caranya aku dapat menghilangkan kutukan ini”
“..... mungkin... akan kutunjukkan kepadamu di mana Lisshoan tersebut...” 
“baiklah... antarkan aku”